Di Indonesia, pakaian renang
halal membantu kaum wanita Muslim mengarungi air dan juga menunjukkan komitmen
mereka terhadap budaya Islam. Pakaian sopan ini kian diminati oleh para wanita
non-Muslim.
Meskipun Indonesia merupakan
negara mayoritas Muslim, mereka tidak memiliki kolam renang khusus wanita yang
memungkinkan kaum wanita Muslim yang mengenakan jilbab dapat bersantai atau
berolahraga. Keadaan ini menciptakan kesempatan bagi para perancang lokal untuk
memproduksi pakaian renang khusus bagi kaum wanita Muslim.
Seorang wanita Indonesia
mengenakan pakaian renang bermerk LeeVierra. Busana renang yang mematuhi hukum
Islam mudah dicari di toko-toko busana Islam dan mal-mal pertokoan di seluruh
negeri.
Seorang warga Indonesia
berenang mengenakan pakaian renang yang menutupi seluruh tubuh yang
memungkinkan kaum wanita untuk menikmati air sementara mematuhi keyakinan Islam
mereka. Gaya ini makin populer di Indonesia, sementara kaum wanita non-Muslim
juga menyukai kesopanan dan perlindungan terhadap terik matahari dari baju
renang seperti ini.
Dian Yasmina Fajri pernah
ditarik keluar dari sebuah kolam renang umum oleh seorang penjaga kolam renang
yang menganggap pakaian renangnya tidak pantas. Karena tidak berhasil menemukan
pakaian renang yang sesuai dengan komitmennya untuk mengenakan jilbab, Fajri
merancang untuk dipakai sendiri.
“Saya suka berenang, namun
tidak bisa menemukan pakaian renang yang pantas. Mengenakan pakaian selain pakaian
renang dilarang di kolam renang umum, hingga akhirnya saya merancang pakaian
renang Muslim baru yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan.
Rancangan ini sopan, aman dan nyaman. Rancangan ini juga mematuhi panduan
Islam,” katanya kepada Khabar Asia Tenggara.
Islam mendorong para umatnya
untuk menjaga kesehatan tubuh melalui kegiatan atletik. Namun demikian, di
bawah hukum Syariah, kaum Muslim diharuskan menutupi aurat – yaitu bagian tubuh
yang dianggap intim yang hanya bisa dilihat oleh pasangan atau sanak
keluarga/teman yang berjenis kelamin sama.
“Banyak orang tertarik akan
pakaian renang yang saya kenakan. Sejak itu, saya menerima pesanan dari
orang-orang yang ingin mengenakan pakaian renang yang serupa. Pada tahun 2004,
saya menerima 30 pesanan sebulan,” kata Fajri.
Dia memakai nama salah satu
anaknya, Kanz, yang dalam bahasa Arab berarti harta karun, sebagai merek
koleksi pakaian renangnya
Asal muasal pakaian renang
halal tidak diketahui pasti, namun di Indonesia, sudah terkenal sejak tahun
2004. Banyak pemilik toko dan pengusaha menganggapnya mode baru.
Di Tanah Abang – yaitu
kawasan di Jakarta yang merupakan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara –
para pembeli dan penjual eceran berduyun-duyun membeli segalanya yang
berhubungan dengan busana, dari peralatan menjahit dan kain sampai pakaian siap
pakai curah.
“Sekarang ini, permintaan
untuk pakaian renang saya telah mencapai 300 sampai 400 potong per bulan. Para
penjual eceran saya di Tanah Abang juga telah mulai memproduksi baju renang sendiri
untuk memenuhi permintaan yang meningkat,” kata Dian.
Pakaian renang Muslim
terkenal bukan hanya di antara kaum Muslim Indonesia, tetapi juga di antara
non-Muslim dan orang asing. Kesopanan bukanlah satu-satunya keunggulannya.
Irmalia Septiana, seorang
mahasiswa Universitas Negeri Islam di Jakarta, menyatakan bahwa pakaian renang
halal memberi kebebasan bergerak dan juga sebagai tabir surya.
“Pakaian renang Muslim
mempermudah saya beraktivitas secara bebas. Sebagai seorang Muslim, saya harus
menutup aurat saya; menutup tubuh adalah identitas saya sebagai orang Muslim.
Saya mulai mengenakan pakaian renang Muslim di semester pertama universitas.
Awalnya, saya merasa manfaat utama pakaian renang berlengan panjang itu adalah
untuk melindungi hampir seluruh tubuh saya dari matahari dan mencegah terbakar
matahari yang tidak merata,” kata Septiana.
Fajri berkata bahwa
pelanggan pakaian renangnya beragam, dan dia menerima makin banyak pesanan dari
non-Muslim.
“Sebelumnya, pelanggan saya
adalah mereka yang memakai jilbab, namun kini juga banyak pesanan pakaian
renang dari non-Muslim. Saya memiliki pelanggan orang Bali, Hindu dan Tionghoa
Indonesia, yang suka berenang tetapi enggan terbakar matahari,” kata Fajri yang
sekarang menerima pesanan melalui jejaring sosial seperti Facebook. “Saya
berangan-angan bahwa pada suatu hari peserta kontes Miss Universe dari
Indonesia yang biasanya dicela masyarakat akan mengenakan pakaian renang Kanz
dan bukannya bikini,” katanya.
Sementara ini, ada pertanda
bahwa pakaian renang Muslim melaju di pasar internasional. Pada tahun 2007,
merek Ahiida, yang diciptakan oleh Aheda Zanetti yang adalah warga Australia
keturunan Lebanon, membuat dan mematenkan kata “Burqini”, yaitu gabungan kata
burqa dan bikini sebagai nama pakaian renang tertutup penuh yang mereka
produksi.
Carmen Pai Daschke, seorang
warga Amerika beragama Muslim, mengingat bahwa dia pernah mengenakan celana
panjang ketat dan gaun beribadah ukuran besar di luar sebuah kaus untuk
berenang pada saat dia mengajar bahasa Inggris di Maroko – sebuah pakaian yang
diperbolehkan di kolam renang umum di Maroko, tetapi tidak diizinkan di
Indonesia.
Olahraga penting bagi kaum
wanita Islam, kata Carmen, seorang profesor agama di kota Atlanta, AS, kepada
Khabar lewat Facebook.
“Dalam agama Islam, kita
(kaum wanita) diharuskan belajar berenang, menunggang kuda, dan menggunakan
busur serta panah. Jadi, bagi saya, berenang itu penting,” katanya kepada
Khabar.